Sabtu, 07 Januari 2012

Mahmud Ahmadinejad yang Fenomenal


Mahmud Ahmadinejad, ya nama ini sering muncul di tv karena keberaniannya menetang arogansi Amerika, yang bahkan menggemparkan dunia. Ketika Presiden Republik Iran ini mengirim surat terbuka kepada Presiden Amerika Serikat George W. Bush. Surat ini diberikan kepada Presiden Amerika Serikat George W. Bush melalui kedutaan Swiss di Tehran pada tanggal 8 Mei 2006. Aslinya surat ini ditulis dalam Bahasa Persia, kemudian diterjemahkan ke Bahasa Inggris.
Surat asli dalam Bahasa Persia tersedia di situs presiden.

Mahmud Ahmadinejad atau bisa dibaca Ahmadinezhad (bahasa Persia: محمود احمدی‌نژاد ; lahir di Aradan, Iran, 28 Oktober 1956; umur 55 tahun[2][3]) adalah Presiden Iran yang keenam dan memperoleh 61.91% suara pemilih pada pilpres Iran tanggal 24 Juni 2005.[3] Jabatan kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005.[1] Ia pernah menjabat walikota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 waktu ia terpilih sebagai presiden[2]. Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang sangat loyal terhadap nilai-nilai Revolusi Islam Iran, 1979.[1]

Keluarga

Lahir di daerah desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, sekitar 120 kilometer arah tenggara Teheran. Dia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, berasal dari keluarga Syiah. Orang tuanya,seorang Tukang Besi, Ahmad Saborjihan, memberi nama Mahmud Saborjihan saat lahir. Dia menggunakan nama tersebut hingga sebuah keputusan besar mendorong keluarganya untuk hijrah ke Teheran pada paruh kedua tahun 1950-an. Di Teheran, ayahnya mengubah namanya menjadi Mahmud Ahmadinejad sebagai isyarat religiusitas dan semangat mencari kehidupan yang lebih baik, karena Saborjihan dalam bahasa Parsi berarti pelukis karpet, pekerjaan yang jamak dilakukan di sentra karpet seperti Aradan, sedangkan Ahmadinejad berarti ras yang unggul, bijak dan paripurna.[2]

Pendidikan

Dia lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dengan gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi.
Pada tahun 1980, dia adalah ketua perwakilan IUST untuk perkumpulan mahasiswa, dan terlibat dalam pendirian Kantor untuk Pereratan Persatuan (daftar-e tahkim-e vahdat), organisasi mahasiswa yang berada di balik perebutan Kedubes Amerika Serikat yang mengakibatkan terjadinya krisis sandera Iran.

Bergabung dengan Imam Khomeini

Pada masa Perang Iran-Irak, Ahmedinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada tahun 1986. Dia terlibat dalam misi-misi di Kirkuk, Irak. Dia kemudian menjadi insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat Iran. Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur provinsi Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997.

Sebagai Presiden Iran

Setelah dua tahun sebagai walikota Teheran, Ahmadinejad lalu terpilih sebagai presiden baru Iran. Tak lama setelah terpilih, pada 29 Juni 2005, sempat muncul tuduhan bahwa ia terlibat dalam krisis sandera Iran pada tahun 1979. Iran Focus mengklaim bahwa sebuah foto yang dikeluarkannya menunjukkan Ahmadinejad sedang berjalan menuntun para sandera dalam peristiwa tersebut, namun tuduhan ini tidak pernah dapat dibuktikan. 

Kontroversi
Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di hadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatollah Khomeini yang menyerukan agar Israel "dihapus dari peta dunia" memicu kontroversi. Selain, menuai kecaman dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Presiden Shimon Peres. Peres bahkan membalas dengan menuntut agar Iran dikeluarkan dari keanggotaan di Perserikatan Bangsa-bangsa.
Pernyataan yang kontroversial ini diulang kembali pada 14 Desember 2005. Saat itu, ia berkata bahwa Holocaust (peristiwa pembantaian terhadap kaum Yahudi oleh rezim Nazi pada masa Perang Dunia II) hanyalah sebuah mitos yang digunakan bangsa Eropa untuk menciptakan negara Yahudi di jantung dunia Islam. Ia juga sempat menyelenggarakan konferensi tentang Holocaust.
Sementara, kritik dalam negeri mengenai kebijakan domestik dan luar negeri terus mengalir deras. Kritik datang dari tokoh ulama besar Ayatollah Hossein Ali Montazeri. Merujuk retorika Ahmadinejad terhadap Amerika Serikat, Montazeri menyatakan bahwa sangat perlu bertindak logis terhadap musuh dan tidak memprovokasi. Bagi Montazeri, ekstremisme tidak berbuah baik untuk rakyat.
Iran menegaskan bahwa pengembangan teknologi nuklir merupakan hak yang tidak bisa disangkal meskipun Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium. Ahmadinejad mendapat kritikan dari kalangan konservatif maupun reformis mengenai kebijakan ekonominya dan cara dia menangani isu nuklir Iran. 

Keturunan Yahudi
Sebuah artikel pada koran Inggris, The Daily Telegraph yang diterbitkan pada tanggal 3 Oktober 2009, menampilkan foto Mahmud Ahmadinejad yang diambil selama pemilu Iran. Dalam foto itu terlihat ia sedang menunjukkan surat identitasnya dengan nama keluarga sebelumnya "Sabourjian", "nama Yahudi terkenal di Iran".[4] Artikel tersebut mengklaim bahwa Sabourjian berarti "penenun dari Sabour," nama untuk tallit Yahudi di Persia. Artikel itu juga mengklaim bahwa keluarganya masuk Islam dan mengubah nama keluarga setelah Ahmadinejad lahir. Artikel tersebut mengutip seorang ahli yang mengatakan bahwa akar Yahudi Ahmadinejad, jika benar, akan menjelaskan kebencian terhadap Yudaisme dan Israel: "Setiap keluarga yang berpindah ke agama yang berbeda mengambil identitas baru dengan mengutuk iman lama mereka."
Namun, menurut para ahli Iran yang diwawancarai oleh Guardian, "tidak ada makna semacam itu untuk kata 'sabour' dalam salah satu dialek Yahudi Persia, juga tidak berarti selendang doa Yahudi di Persia," nama itu sebenarnya berarti "pelukis benang," leluhur Ahmadinejad diketahui sebagai Muslim, dan kerabat Ahmadinejad mengatakan dia mengadopsi nama baru pada saat pindah ke Teheran, untuk menghindari diskriminasi berdasarkan akar pedesaannya.[5] 

Serba-serbi
 Rencana menonton timnya berlaga di Piala Dunia 2006 di Jerman dihambat berbagai elemen masyarakat setempat, sehingga izin tidak diberikan. Bahkan warga Yahudi di Jerman menentang kehadirannya mengingat pernyataannya seputar Holocaust. "Penyangkalan kekejaman Nazi adalah pelanggaran serius di Jerman," kata Charlotte Knobloch, Ketua Central Council Jews. Knobloch menuding Ahmadinejad sebagai "Hitler kedua". Menteri Dalam Negeri Jerman Guenther Beckstein menyatakan, "Kami harus menegaskan bahwa ia tak diinginkan di sini. Lebih baik ia tak usah datang."






Tidak ada komentar:

Posting Komentar