Sabtu, 22 September 2012

Mutiara di dalam lumpur tetap berharga dan mulia ( Jawaban film Innocence of Muslims )


Hidup tak selalunya menawarkan kemulusan jalan takdir yang membuat kita selalu merasa bahagia dan bahagia. Ada kalanya Allah mencobakan pada diri kita, untuk bertemu dengan episode fitnah, kebencian dan efek samping dari rasa iri pada diri orang lain yang tak menyukai kita. Hal itu kadang mau tak mau memaksa diri untuk harus melaluinya, walau dengan bagaimana rasanya hati dan keadaan logika. Dan bagaimanakah sikap terbaik bagi kita saat harus harus menjadi pelakon dari semua itu?  

Sejarah telah mengukir sebuah kisah mulia, dari pribadi yang dirindukan oleh surga, Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam, yang dari beliau kita bisa mendapatkan banyak pelajaran dari sebaik- baiknya panutan. Tak terkecuali tentang keanggunan dan kedamaian beliau dalam menghadapi fitnah, kebencian, permusuhan, dan hal- hal negatif lain yang digariskan Allah untuk menjadi cobaan dalam hidupNya. 

Dan kemuliaan itu terwujud dalam indahnya akhlak  beliau yang seakan menjadi mutiara dalam hati orang beriman. Mutiara tentang ketinggian budi, yang membedakannya dengan sebuah batu. Mutiara yang bisa tetap muncul dan bersinar, walaupun dia dipaksa untuk ditenggelamkan dalam lumpur. Dan jadilah nama beliau terabadikan hingga akhir jaman, sebagai seorang pribadi yang identik dengan mulia, sesosok manusia yang disegani lawan dan di hormati kawan, dan bahkan sangat dirindukan surga. 
Semua adalah karena kesholehan beliau, serta akses kuat hatiNya yang selalu bergantung penuh kepada yang Maha Hidup, Dan yang maha melihat, Allah Subhanahu Wataala. Tiada sama sekali kekhawatiran akan predikat penyair gila, tukang sihir, dan atau pendusta, yang telah disematkan kepada beliau dari orang- orang kafir. Yang beliau Lakukan hanyalah percaya, bahwa jika cobaan itu hadir, maka semua adalah bagian dari rencana Allah, seperti yang telah Allah firmankan dalam Al Quran yang mulia, 

"Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman." (QS. At Taubah: 51). 

Dan begitulah, ketika hati telah berserah kepada sang Allah, maka akhirnya semuapun kemudian terasa begitu tenang, dan mengalir seperti dalamnya aliran sungai, yang sama sekali tidak terlihat beriak. 
Maka sunggguh, seluruh rentetan polusi fitnah yang mampir di telinga, akan dengan mudah pergi, sebelum mereka meninggalkan bekas jejak mereka di hati orang- orang yang selalu Mengingat kebesaran dan Maha sempurnanya Allah Subhanahu Wataala. Dan ketika mereka berbuat salah dan menyakiti sesama, sebelum orang lain menghujat dan menjelaskan tentang kesalahannya, maka hati nuraninya sendiri yang akan mengingatkan dan menghukumnya. Maka dari itu, dengan mudahnya pula, meluncur kata maaf seraya tekad kuat untuk memperbaiki kesalahannya. Namun ketika mereka tidak mendholimi seseorang, betapapun niat jahat orang lain terasa sangat memojokkan dan mengkambing hitamkannya, maka dengan tenang dan penuh tawakkal dia akan melewati ujian itu, bahkan seraya mendoakan tetap tentang yang terbaik bagi orang yang telah menjahatinya. 

Dan semua hanyalah masalah waktu. Waktu  yang akan menguji keseriusan seseorang tentang seberapa benar yang telah dikatakannya benar. Dan waktu pula yang akan menjawab, tentang kamuflase kebenaran yang memang pada awalnya ditunjukkan sebagai benar, apakah tetap benar, dan atau berakhir dengan sebaliknya. Akhirnya, waktu pula yang akan memberi kesimpulan akhir tentang suatu pendapat kita
Lalu, mengapa kita masih harus bersedih dengan sebuah fitnah atau perkiraan manusia yang hanya berdasar pada referensi pikiran dan indra mereka yang sangat terbatas. Dan sudahkah kita mendahulukan ridho Allah dan pendapatNya, atas sesuatu yang kita perbuat atau kita ucapkan? Maka sudah saatnya jujur pada nurani kita sendiri.
TQ da berkunjung.

Minggu, 16 September 2012

Sutradara Film Innocence of Muslims Pembuat Film Porno

Sutradara film Innocence of Muslims, yang menggegerkan dunia Islam, ternyata seorang pembuat film porno. Sutradara bernama Alan Roberts adalah orang yang sama membuat film porno berbiaya murah pada era 70-an dan 80-an antara lain seperti The Sexpert dan trilogi Happy Hooker. Demikian dilansir Gawker, pekan ini.
Film ini menimbulkan kegemparan dan aksi protes di banyak negara-negara berpenduduk Islam, termasuk Indonesia. Para pemain tahu jika film yang judul aslinya, Dessert Warrior, memasukkan nama Alan Roberts sebagai sutradara.
Berdasarkan data IMDB, Santa Monica, California, sutradara berusia 65 tahun ini menyutradarai sejumlah film porno berbujet murah seperti The Happy Hooker Goes to Hollywood dan The Sexpert. Gawker menulis, pihaknya sudah mewawancarai para pemain, kru, dan teman-teman dekat sang sutradara dan membenarkan jika Roberts adalah pria yang sama di film yang diberi judul Innocence of Muslims.
"Saya yakin, ini Alan Roberts yang sama. Saya mengingat sempat membicarakan proyek ini dengan dia," kata teman Roberts, pembuat film David A. Prior. Nama Roberts ditunjuk sebagai sutradara oleh produser, Sam Bacile, yang menggunakan nama alias Nakoula Basseley Nakoula. Pria ini adalah warga California selatan dan sempat dipenjara.
Nakoula, dipercaya adalah tokoh penting di balik pembuatan film berdurasi 14 menit ini. Akibat film ini, membuat anti-protes Barat berkecamuk dan mengakibatkan empat warga Amerika Serikat (AS) tewas di Libya termasuk Duta Besar (Dubes) Chris Stevens. Para pemain di film ini mengaku ditipu dan banyak adegan percakapan mereka diisi ulang.

tq, da berkunjung